Niat Shalat Idul Adha
Niat Shalat Idul Adha

Niat Shalat Idul Adha: Informasi Lengkap yang Perlu Diketahui

Ketika memasuki Idul Adha atau Kurban, niat shalat Idul Adha merupakan salah satu hal yang paling banyak dicari pada mesin pencarian. Kamu juga pasti mulai mencari-cari lagi informasi mengenai salah satu perayaan umat islam di dunia ini.

Meskipun rutin dilakukan setiap tahun, terkadang ada beberapa informasi yang masih lupa atau agak kabur, seperti niat shalat Idul Adha. Hal ini termasuk lumrah dan sebagai sarana untuk mengingatkan lagi karena ibadahnya tidak setiap hari dilakukan, seperti ibadah lima waktu.

Agar memori kamu kembali fresh dan bisa beribadah dengan lebih baik saat lebaran kurban nanti datang, kami telah mempersiapkan beberapa informasi penting yang dapat dibaca pada artikel di bawah ini.

Memahami Niat Shalat Idul Adha Beserta Informasi Penting Lainnya

Ketika hendak melakukan ibadah apa pun, maka kamu harus mengucapkan niat tersebut terlebih dahulu,  begitu juga ketika hendak mengerjakan sholatnya.

Hal ini perlu menjadi catatan penting, karena niat shalat Idul Adha adalah hal krusial ketika melakukan ibadah. Apabila kamu tidak menyebutkan niat, maka ibadah tersebut akan terhitung tidak sah, jadi harus mengulangi lagi sesuai dengan ketentuan.

Niat tersebut bisa diucapkan di dalam hati para pelaksana ibadah tersebut, dengan arti umumnya adalah untuk menunjukkan bahwa seseorang sengaja melakukan suatu ibadah atau amal shaleh tertentu.

Fungsi niat shalat Idul Adha ini terdapat dalam dua aspek, menurut para ulama fiqih. Di mana yang pertama adalah untuk pembeda mengenai ibadah dan aktivitas atau kegiatan lainnya.

Sedangkan fungsi kedua adalah sebagai pembeda ibadah satu dengan ibadah lainnya, misalnya niat antara sholat dan sedekah akan berbeda satu sama lain. Niat tidak wajib untuk kamu lafadzkan, karena cukup dengan memmbunyikannya di dalam hati.

1.     Mengenal Ibadah dan Niat Shalat Idul Adha untuk Umat Islam Dunia

يُعرَّف عيد الأضحى أو ما يُسمّى بالعيد الكبير بأنّه: العيد الذي يحتفلُ به جميع المُسلمين في اليوم العاشر من شهر ذي الحجة،[١] وقد شرعه الله -تعالى- لعباده؛ ليفرحوا بما وفّقَهم إليه من عبادة فيما سَبقه من أيّام العَشر الأُوَل من الشهر؛ كصيام يوم عرفة، والتكبير، والتهليل، والصدقة، وغير ذلك من العبادات.[٢

Artinya: Idul Adha disebut juga dengan sebutan ‘idul kabir karena hari raya yang dimeriahkan oleh semua orang muslim pada hari 10 Dzulhijjah, dan sudah ditetapkan dalam syariat islam untuk beribadah pada hari itu. Supaya mereka bergembira atas pertolongan Allah pada hari itu yaitu bisa beribadah pada 10 hari awal bulan Dzulhijjah. Seperti puasa hari Arafah, takbir, tahlil, sedekah dan masih banyak yang lainnya.

Bisa disimpulkan bahwa ketika hendak mengucapkan niat shalat Idul Adha, kamu harus melakukannya pada 10 Dzulhijjah karena pada hari itulah ibadah ini ditetapkan dan disertai dengan ibadah lainnya.

2.     Bagaimana Hukum Mengerjakan Shalat Idul Adha Bagi Seorang Muslim?

Pada Kitab Fathul Qorib terdapat penjelasan mengenai hukumnya, seperti yang tertera berikut ini:

وصلاة العيدين أي الفطر والأضحى (سنة مؤكدة) وتشرع جماعة ولمنفرد ومسافر وحر وعبد وخنثى، وامرأة لا جميلة ولا ذات هيئة، أما العجوز فتحضر العيد في ثياب بيتها بلا طيب،

“Shalat dua hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Adlha hukumnya adalah sunnah muakad. Shalat hari raya disunnahkan untuk berjama’ah bagi orang sendirian, musafir, orang merdeka, budak, huntsa dan wanita yang tidak cantik dan tidak dzatul haiat[1].”

Sedangkan bagi wanita lanjut usia, maka sunnah menghadiri shalat hari raya menggunakan pakaian kesehariannya tanpa memakai wewangian. Waktu pelaksanaan Shalat Ied adalah di antara terbit dan tergelincirnya matahari.”

Sementara itu Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri mengenai pelaksanaan ibadah dan niat shalat Idul Adha ini , yaitu:

(1) روى البخاري (913) ومسلم (889) عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يخْرج يومَ الفِطر والأضْحَى إلى المصَلى، فأوَلُ شيء يبدَأ بِهِ الصلاةُ، ثم يَنصَرِف، فيقومُ مقابلَ الناسِ، والناسُ جًلوسٌ على صُفوفِهم، فيعظهمْ ويُوصِيهِمْ ويَأمُرُهُم، فإنْ كانَ يريدُ أنْ يَقْطعً بَعثاً قطعَهُ، أو يَأمرَ بشيء أمرَ به، ثم ينصرف. يقطع بعثاً: يفرد جماعة يبعثهم للجهاد.

Artinya:

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri radliyallahu ‘anh, berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari raya Fitri dan idul Adlha keluar menuju mushalla (tempat shalat berupa tanah lapang), yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat, lalu berpindah (berpaling), berdiri menghadap orang-orang, sementara orang-orang (jama’ah shalat) tetap duduk di shaf-shaf (barisan) mereka, kemudian Rasululllah (berkhutbah) memberikan nasehat, memberi wasiat dan perintah kepada mereka.

Beliau ingin untuk mengutus utusan (mengutus sekelompok orang untuk berjihad) maka beliau mengutusnya, atau ingin memerintahkan dengan sesuatu maka memerintahkannya, kemudian beliau pergi. “

(2) روى النسائي (3/ 111) وغيره، من حديث عمر رضي الله عنه أنه قال: وصلاةُ الفِطْرِ رَكْعَتَانِ، وصلاةُ الأضْحى ركْعَتانِ .. ثم قال: على لسانِ محمد صلى الله عليه وسلم. وعلى هذا الإجماع.

Imam al-Nasaai dan lainnya meriwayatkan dari hadits Umar bin Khaththab ra, bahwa beliau berkata: sholat Idul Fitri 2 raka’at, dan shalat idul Adlha 2 raka’at, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan atas adanya ijma’ ini.

3.     Mengenai Pelaksanaan Shalat Idul Adha

ووقت صلاة العيدين ما بين طلوع الشمس وزوالها (وهي) أي صلاة العيد (ركعتان) يحرم بهما بنية عيد الفطر أو الأضحى ويأتي بدعاء الافتتاح و (يكبر في) الركعة (الأولى سبعاً سوى تكبيرة الإحرام) ثم يتعوذ ويقرأ الفاتحة، ثم يقرأ بعدها سورة ق جهراً

Sholat ied adalah sholat dua rakaat, yaitu melakukan takbiratul ihram dua rakaat tersebut dengan niat sholat idul Fitri atau idul Adha dan membaca do’a iftitah.

Di dalam rakaat pertama membaca takbir tujuh kali selain takbiratul ihram, membaca ta’awudz, surat Al Fatihah, dan surat setelah Al Fatihah dengan mengeraskan suara.

Di dalam rakaat kedua membaca takbir lima kali selain takbir untuk berdiri, kemudian membaca ta’awudz, lalu membaca surat Al Fatihah dan surat Iqtarabat dengan mengeraskan suara.

4.     Niat Shalat Idul Adha untuk Imam dan Makmum

Terdapat dua niat shalat Idul Adha yang berbeda bagi imam dan makmum, yang dilandasi oleh perbedaan tugas masing-masing pihak tersebut.

Yang pertama adalah niat shalat Idul Adha untuk menjadi seorang imam, yaitu:

أُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى (إِمَامًا) للهِ تَعَــــــــالَى

Ushallî rak‘ataini sunnata-li ‘îdil adl-hâ (imâman) lillâhi ta‘âlâ

Artinya: “Aku niat melaksanakan shalat sunnah Idul Adha (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta‘âlâ.”

Sementara itu niat shalat Idul Adha  ketika berperan sebagai makmum yaitu:

أُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى (مَأْمُوْمًا) للهِ تَعَــــــــالَى

Ushallî rak‘ataini sunnata-li ‘îdil adl-hâ (ma’mûman) lillâhi ta‘âlâ

Artinya: “Aku niat melaksanakan shalat sunnah Idul Adha (sebagai makmum/imam) karena Allah Ta‘âlâ.”

5.     Sunnah dalam Melaksanakan Idul Adha

Setelah mengetahui informasi dasar dan niat shalat Idul Adha, kamu perlu mengetahui apa saja sunnah yang sebaiknya dilakukan ketika hendak melaksanakan ibadah tersebut:

a.     Mengumandangkan Takbir Ketika Malam Hari Raya Idul Adha

Pihak mushala maupun masjid terdekat dari rumah disunnahkan untuk mengumandangkan takbir. Pengumandangan itu bisa dilukan saat terbenamnya matahari sampai besok, ketika imam   telah naik mimbar memberi khutbah.

Anjuran ini bisa kamu temukan dalam kitan Raudlatut Thalibin yang artinya:

“Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.”

b.     Mandi Pagi Hari Sebelum Pergi Menuju Masjid

Kamu disunnahkan untuk membersihkan diri atau mandi terlebih dahulu, seperti pernyataan berikut:

يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل

“Disunnahkan mandi untuk shalat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, ata pertengahan malam.”

c.      Serapi Mungkin Sebelum ke Masjid

Setiap orang disunnahkan agar memakai parfum, memotong rambut, kuku, atau menghilangkan aroma tidak senyap. Hal tersebut tertera dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab:

والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب

“Disunnahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengn memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian.”

d.     Pakaian yang Layak untuk Menghadiri Shalat

Tidak hanya niat shalat Idul Adha ataupun kebersihan diri yang perlu dijaga, tetapi kamu juga disunnahkan menggunakan pakaian yang bersih, suci, dan bagus, bahkan beberapa ulama menyarankan agar warnanya putih.

Hal ini tertera dalam kitab Raudlatut Thalibin:

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.

“Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya.

Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.”

Pada riwayat dari sahabat Ibnu Abbas RA juga ada sabda rasulullah, yaitu:

كَانَ يلبس في العيد برد حبرة

Artinya:“Rasulullah SAW di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari yaman).”

e.     Sebaiknya Berjalan Kaki ketika Perjalanan

Jika masih  muda dan fisik berada dalam kondisi sehat, kamu disarankan agar berjalan kaki menuju masjid untuk membuat niat sahalat Idul Adha lebih afdol karena bisa menjadi sarana bersilaturahmi dengan jamaah lainnya.

Hal ini beriringan dengan sabda rasulullah dalam riwayat Ibnu Umar:

كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

“Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat shalat Id.”

Jika sudah tahu mengenai informasi dasar, niat shalat Idul Adha, serta sunnah lainnya, kamu dapat melaksanakan ibadah ini dengan lebih optimal.